Rabu, 15 Oktober 2014

Faktor Kehamilan Pada Remaja dan Risiko yang Timbul Akibat Kehamilan yang Tidak Diinginkan

            Sebagian besar kehamilan remaja merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kehamilan remaja yang tidak diinginkan, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan
  2. Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami swadarmanya sebagai pelajar
  3. Faktor dari luar, yaitu pergaulan bebas tanpa terkendali orangtua yang menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan
  4. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja termasuk hal-hal negatif
  5. Usia menstruasi yang semakin dini disertai usia kawin yang semakin tinghi menyebabkan masa-masa rawan yaitu kecenderungan perilaku seksual aktif semakin memanjang. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus kehamilan remaja di luar nikah
  6. Tidak menggunakan alat kontrasepsi atau kegagalan menggunakan alat kontrasepsi akibat remaja menggunakan alat kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang metode kontrasepsi yang benar.
Kinsey dkk. Mengungkapkan bahwa kekhawatiran dan rasa takut terhadap kehamilan dialami remaja sebesar 44 persen dari responden perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Sekitar 89% justru takut karena alasan moral dan sosial bukan karena alasan kesehatan. Pada kehamilan pranikah, rasa malu dan perasaan bersalah yang berlebihan dapat dialami remaja. Apalagi jika kehamilan tersebut diketahui pihak lain seperti orangtua. Hal ini menambah tekanan psikologis yang berat yang pada akhirnya mengarah pada depresi.

RISIKO YANG TIMBUL AKIBAT KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN (KTD)

        Beberapa risiko yang timbul akibat kehamilan yang tidak diinginkan adalah sebagai berikut :
  1. Risiko medis : aborsi tidak aman berkontribusi pada kematian dan kesakitan ibu, gangguan kesehatan
  2. Psikologis : rasa bersalah, depresi, marah dan agresi, remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil
  3. Psikososial : ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, tekanan dari masyarakat yang mencela dab menolak keadaan tersebut, dikucilkan dari masyarakat dan hilang kepercayaan
  4. Masa depan remaja dan janin : terganggunya kesehatan, risiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi, pernikahan remaja dan pengguguran kandungan, putus sekolah, bila bayi dilahirkan masa depan anak mungkin saja terlantar, perkembangan bayi yang tertahan, bayi terlahir dengan berat rendah.
Kehamilan remaja dapat menyebabkan terganggunya perencanaan masa depan remaja. Terdapat pula perlakuan yang kurang adil dari masyarakat atau institusi formal terhadap remaja perempuan. Sering kali dalam suatu kasus kehamilan di luar nikah, yang menjadi korban, misalnya tidak boleh melanjutkan sekolah, adalah remaja perempuan. Sedangkan remaja laki-laki masih diperbolehkan melanjutkan sekolah. Pandangan negatif dari masyarakat pun cenderung lebih memberatkan perempuan dibandingkan laki-laki.

Minggu, 12 Oktober 2014

Kehamilan Pada Remaja


Kehamilan bisa menjadi dambaan, tetapi juga dapat menjadi suatu malapetaka apabila kehamilan itu dialami oleh remaja yang belum menikah (Kehamilan Tidak Diinginkan). Di Amerika Serikat, diperkirakan terjadi 130.000 kelahiran bayi dari hasil hubungan pranikah. Angka tersebut dapat jauh lebih kecil dibandingkan hal yang terjadi sebenarnya. Masalah tersebut ternyata lebih menonjol di berbagai negara Eropa dan Asia.
Beberapa alasan mengapa kehamilan remaja dapat menimbulkan risiko adalah sebagai berikut:

  1. Rahim belum siap mendukung kehamilan
  2. Sistem hormonal belum terkoordinasi lancar
  3. Kematangan psikologis untuk menghadapi proses persalinan yang traumatik dan untuk mengasuh anak/memelihara belum mencukupi
Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja ini, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim pada seorang wanita mulai mengalami kematangan sejak umur 14 tahun yang ditandai dengan dimulainya menstruasi. Pematangan rahim dapat pula dilihat dari perubahan ukuran rahim secara anatomis. Pada seorang wanita, ukuran rahim berubah sejalan dengan umur dan perkembangan hormonal.

Pada seorang anak yang berusia 8 tahun, ukuran rahimnya kurang lebih hanya setengah dari panjang vaginanya. Setelah umur 8 tahun, ukuran rahim kurang lebih sama dengan vaginanya. Hal ini berlanjut sampai usianya kurang lebih 14 tahun (masa menstruasi) hingga besar rahimnya lebih besar sedikit dari ukuran vaginanya. Ukuran ini menetap sampai terjadinya kehamilan. Pada usia 14-18 tahun, perkembangan otot-otot rahim belum cukup baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika terjadi kehamilan rahim dapat ruptur (robek). Di samping otot rahim, penyangga rahim juga belum cukup kuat untuk menyangga kehamilan sehingga risiko yang lain dapat juga terjadi yaitu prolapsus uteri (turunnya rahim ke liang vagina) pada saat persalinan.

Pada usia 14-19 tahun, sistem hormonal belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari siklus menstruasi yang belum teratur. Ketidakteraturan tersebut dapat berdampak jika terjadi kehamilan. Kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi perdarahan dan terjadilah abortus atau kematian janin. Usia kehamilan terlalu dini dari persalinan memperpanjang rentang usia reproduksi aktif. Hal ini dapat meningkatkan risiko kanker  leher rahim di kemudian hari.

Sabtu, 11 Oktober 2014

Penyimpangan Perilaku Seksual


Proses perkembangan dan pertumbuhan seorang individu sejak bayi hingga dewasa mencakup aspek biologis dan aspek psikologis, yaitu kepribadian. Kepribadian dalam perkembangannya dapat menghasilkan perilaku yang normal, deviasi (menyimpang) dan abnormal.

  1. Perilaku normal yaitu perilaku yang adekuat dan tepat sehingga dapat diterima oleh masyarakat
  2. Perilaku deviasi yaitu perilaku yang jauh menyimpang atau berbeda dengan harapan, tuntunan dan norma-norma masyarakat, misalnya : melakukan hubungan seksual di muka umum. Perilakunya normal, tetapi tidak lazim dilakukan di muka umum
  3. Perilaku abnormal yaitu perilaku yang tidak sehat (maladaptif) dan destruktif bagi pelaku maupun lingkungannya.  Misalnya pecandu alkohol yang bila mabuk sangat berbahaya bagi dirinya maupun orang lain.
Jenis-jenis Gangguan Seksual

Gangguan-gangguan tingkah laku seksual yang berlaku umum (tidak khusus remaja), menurut buku pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia 1983 terdiri atas empat kelompok besar yang masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok, antara lain sebagai berikut :
  1. Gangguan identitas jenis
  2. Parafilia
  3. Disfungsi Psikoseksual
  4. Gangguan Psikoseksual lainnya
Semua jenis gangguan tersebut di atas bisa saja terdapat pada orang-orang normalsebagai variasi dari tingkah laku seksual yang normal. Akan tetapi, apabila tingkah laku tertentu sudah menjadi keharusan, dilakukan berulang-ulang dan merupakan satu-satunya syarat untuk tercapainya kepuasan seksual, maka tingkah laku itu dikatakan sebagai kelainan, penyimpangan atau gangguan.


Daftar Pustaka :

Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba. Jakarta

Gangguan Psikologi Menstruasi

Gangguan Psikologi Menstruasi
oleh Mulya Cunda Ratu Reso

Menstruasi adalah perdarahan dari uterus karena perubahan hormonal yang teratur atau berdaur teratur, kira-kira empat minggu sekali. Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain yang membatasi kapasitas
Pada masa menstruasi banyak sekali terdapat gangguan-gangguan baik dari segi fisik maupun dari segi psikologis. Gangguan-gangguan menstruasi ini dapat menyebabkan terganggunya aktivitas-aktivitas dari wanita yang mengalami gangguan menstruasi tersebut. Gangguan-gangguan psikologis pada saat menstruasi yaitu:

1. Kecemasan atau ketakutan terhadap menstruasi, sehingga menimbulkan fobia terhadap menstruasi. Maksudnya di sini jika keregangan dan kecemasan ini secara terus menerus serta berlebihan serta tidak segera diatasi maka akan menimbulkan fobia pada menstruasi

2.  Merasa terhalangi atau merasa dibatasi kebebasan dirinya oleh datangnya menstruasi. Wanita akan merasa kebebasannya terbatas akibat datangnya menstruasi ini misalnya saja wanita akan terbatas dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari contohnya ia tidak dapat melaksanakan ibadah, aktivitas olahraga dan aktivitas-aktivitas lainnya.

3.  Emosi meninggi, kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil sekalipun merupakan ciri khas pada masa menstruasi. Pada masa ini anak wanita akan merasa khawatir dan mudah marah.

4. Hilangnya kepercayaan diri, anak remaja khususnya yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, tetapi pada saat menstruasi rasa percaya diri akan berkurang dan akan merasa takut gagal karena daya tahan tubuh atau fisiknya akan menurun. Keluhan yang sering dialami adalah kram atau kejang otot, sakit perut, sakit pinggang dan pusing.

5. Merasa gelisah dan gangguan tidur. Pada saat menstruasi seorang wanita akan mengalami gangguan atau masalah susah tidur atau insomnia. 
Jika terjadi hal demikian dibutuhkan cara mengatasi gangguan psikologi menstruasi dengan mengunjungi atau mendatangi tenaga kesehatan untuk tindakan lebih lanjut.